Sebagian besar orang berjalan selalu ingin lurus tanpa adanya hambatan dalam ia berjalan. Akan tetapi jalan terlalu lurus pun juga tidak baik karena tidak akan merasakan apa yang berada di sekelilingnya. Ia pun juga tidak merasakan pahit manisnya hidup.
Di ceritakan dalam buku cerita berjudul angan-anganku. Ada dua orang pejalan kaki pada tahun 17 Masehi . mereka adalah sahabat dekat dimana selalu berdua, akan tetapi masih dalam konteks positif. Pada suatu ketika mereka memutuskan untuk mengembara untuk merantau ke negara lain. Saat mereka berjalan dan tiba pada dua cabang jalan, dimana cabang pertama jalan setapak , cabang kedua jalan utama di mana mereka berjalan. Orang pertama bernama Fulan dan orang kedua bernama Falun. Si Fulan mengajak berunding si Falun untuk memilih jalan yang tepat untuk mereka agar cepat sampai tujuan. “ Falun, jalan mana yang harus kita lewati? “, tanya Fulan. “ Bagaimana kalau kita lewat jalan setapak saja “, jawab Falun. “ Ah, tidak, kita lewat jalan kita saja “. Sahut Fulan. Fulan berpikir bahwa jika mereka melewati jalan setapak mereka akan menemui banyak hambatan dalam perjalanan sehingga dalam mencapai tujuan memakan waktu lama. Akhirnya terjadilah percekcokan kedua sahabat tersebut. Si Fulan tetap lewat jalan saat mereka berjalan, si Falun melewati jalan setapak yang penuh liku. Dalam perjalanan Fulan bisa di katakan lancar tanpa hambatan karena jalan yang ia lewati sudah terlihat jelas, sedangkan Falun dalam perjalanannya penuh liku, akan tetapi dalam perjalanan Falun ia menemui berbagai hal yang tak pernah ia bayangkan, banyak sekali pengalaman yang ia peroleh dalam menempuh perjalanan sehingga dirinya mempunyai mental yang cukup dalam menghadapi dunia baru nanti.Fulan mencapai tujuan lebih cepat daripada Falun karena jalan ia tempuh terlihat jelas, Fulan pun menjadi orang di negara tujuan, akan tetapi ia tidak mempunyai mental yang kuat dalam menghadapi dunia barunya. Falun pun tiba di tujuan dengan membawa pengalaman dan mental yang dia dapat dalam perjalanan. Ia pun mengadu nasib hanya berbekal pengalaman. Akhirnya Falun pun juga menjadi orang. Dia pun membuka bisnis yang sama dengan Fulan. Terjadilah persaingan. Bisnis Fulan jatuh sedangkan Falun semakin berkembang, akan tetapi Falun tetap menganggap Fulan sahabatnya dan akhirnya mereka pun bekerja sama.
Sekilas dari cerita tersebut memberikan makna bahwa pengalaman sangat penting dalam hidup di mana pengalaman merupakan guru utama dalam hidup dan persahabatan janganlah hilang di sebabkan karena masalah kecil, karena persahabatan ikatan yang lebih erat dari sebuah teman.
Sekilas dari cerita tersebut memberikan makna bahwa pengalaman sangat penting dalam hidup di mana pengalaman merupakan guru utama dalam hidup dan persahabatan janganlah hilang di sebabkan karena masalah kecil, karena persahabatan ikatan yang lebih erat dari sebuah teman.
Berjalan di Jalan Setapak ditulis Oleh Sekedar Wawasan pada 2011-12-05T11:22:00+07:00 dengan rating
on Sekedar Wawasan.
0 comments "Berjalan di Jalan Setapak", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment
Berkomentarlah dengan baik dan bijak, tidak mengandung unsur Spam, Sara, Pelecehan.
Komentar yang melanggar ketentuan akan dihapus! Sekian Terima Kasih.